Mitos Pocong Yang Beredar Di Indonesia

 Pocong Indonesia

Seluruh masyarakat indonesia pasti sudah mengetahui hantu yang berwujud pocong  ini, bahkan sebagian kalangan orang ada yang mempercayai bahwa pocong adalah wujud dari orang yang sudah meninggal.

Tetapi anehnya adalah, kenapa hantu pocong ini paling banyak muncul di indonesia dan sebagian besar negara yang beragama muslim.

Berikut adalah beberapa mitos tentang pocong di indonesia.

• Tali Pocong
  Sebenarnya pocong merupakan cara seorang muslim untuk dikebumikan yaitu dibungkus dengan kain kafan yang kemudian diikat di badian ujung kepala sampai kaki dengan tali. Banyak orang yang mempercayai saat mayat tersebut dikebumikan,tali pocong etrsebut harus dilepas.Apabila tidak dilepas maka arwah dari orang yang sudah meninggal tersebut akan gentayangan dan menjadi pocong dan akan meminta kepada orang untuk melepaskanya.
• Dukun
  Banyak orang yang mempercayai bahwa hantu pocong yang bergentayangan adalah ulah seorang dukun guna untuk menakut-nakuti orang yang dituju. bahkan ada mitos yang menyebutkan kalau hantu pocong seperti ini bisa saja membunuh korbanya.
• Meninggal tidak wajar
  Ketika ada warga yang meninggal dengan cara yang tidak wajar atau diperkosa dan kemudian dibunuh biasanya mayat tersebut ketika dikuburkan tali pocongya tidak dilepas hal itu dipercaya supaya arwah orang yang meninggal itu menakut-nakuti orang yang membunuhnya.
• Jin Kafir
  Menurut para ulama, hantu pocong yang sering menakut-nakuti warga adalah jelmaan dari jin kafir yang ingin menggoda iman manusia. Jin tersebut bisa menyerupai apa saja yang ia inginkan bahkan berwujud seperti hantu pocong.
• Melayang
  Bisanya jika kita melihat di film-film layar lebar, hantu pocong bergentayangan dengan cara melompat-lompat, namun dalam kenyataanya ternyata tidak seperti itu Pocong menghantui warga dengan tidak melompat, tetapi melayang atau terbang Menurut mitos, cara untuk menghindari dari kejaran hantu pocong yaitu dengan menempelkan badan ke tanah atau tiarap; bahkan bisa dengan lari dengan berkelok-kelok.